Memacu “Startup” untuk Pebisnis

Perkembangan jaringan internet kecepatan tinggi dan juga pesatnya teknologi digital di Tanah Air membuat banyak orang beramai-ramai terjun ke dunia startup (perusahaan digital rintisan). Mereka berharap bisa sukses menjadi seperti para unicorn semacam Gojek, Bukalapak, Treveloka, dan Tokopedia.
Menurut laporan yang bertajuk Mapping & Database Startup Indonesia 2018 dari Indonesia Digital Creative Industry Society, jumlah perusahaan rintisan teknologi di Indonesia mencapai 992 startup, mulai dari e-dagang, game, asuransi, skuritas, teknologi finansial,dan lainnya.
Namun ternyata menurut Deputi Infrastruktur Badan Ekonomo Kreatif (Bekraf ), Hari Sungkari, tingkat keberhasilan startup hanya 10 persen. Jika dilakukan pendampingan semacam inkubasi tingkat keberhasilan startup meningkat menjadi sekitar 30 persen.
Sementara menurut Presiden Direktur Lintasarta Arya Damar, tingkat keberhasilan startup di bidang retail cukup kecil atau 1 berbanding 10.000 startup. “Banyak orang terjun menjadi startup di bidang retail. Padahal perbandingannya keberhasilannya 1 banding 10.000,” ujar dia pada acara Lintasarta Appcelerate di Jakarta.
Arya menyarankan agar semakin banyak startup terjun di bidang business to business (B2B), yang memiliki peluang berhasil lebih tinggi. Solusi mereka bisa dipakai oleh bermacam perusahaan melalui cara belangganan sebagai layanan software as a service (SaaS) oleh perusahaan teknologi informasi dan komunikasi semacam Lintasarta.
Lintasarta sebagai perusahaan perusahaan penyadia Komunikasi Data, Internet dan IT Services dari bermacam industri dengan 2.400 pelanggan korporasi membutuhkan solusi dari para startup untuk pelanggannya. “Semua perusahaan kami butuh solusi. Solusi dari para startup ini bisa kami pasarkan. Kita berharap dapat berbagi hasil dengan mereka,” lanjut dia.
Oleh karenanya sejak 2016 telah membuat inkubator bagi para startup dengan nama Lintasarta Appcelerate. Tujuan dari inkubator ini adalah agar para startup sukses menjadi digitalpreneur dalam bidang layanan B2B.
Para startup memang butuh pendampingan. Usmalifah dari startup Meclab yang ikut dalam Lintasarta Appcelerate 2019 mengatakan, ”Selama kami mengikuti Mentoring dari Agustus hingga September. Tantangan terberat adalah terkait dengan bisnis, karena tidak semua memiliki latar belakang pendidikan bisnis.
Tantangan lainnya adalah bagaimana solusi yang ditawarkan bisa bertahan atau dipakai oleh para perusahaan yang membutuhkan,” ujar dia.
Lintasarta Appcelerate 2019 menghasilkan sembilan startup terbaik tang berasal dari tiga perguruan tinggi negeri yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Sembilan startup tersebut adalah Mechlab (EKYC), SIAB (IoT Water Treatment and Management), Nusantera (IoT Smart Energy), Lokapoin (Smart Tourism Local Experience), InvesProperti (Fintech), Mounev (Learning Management System), Sidak Debitur (Sistem Informasi dan Data Analisis Karakter Debitur), Guarddio (Building and Residence Security Apps), dan CodeDirect (Trafict Management System).
“Lintasarta beserta LPIK ITB, GIB UGM, dan BPPU ITS menelurkan sembilan startup dari kategori yang berbeda. Mereka semua bagus, semua terbaik. Nantinya produk-produk dari Appcelerate akan kita bantu pasarkan ke pelanggan-pelanggan Lintasarta,” ujar Arya.
Lintasarta juga akan terus memberikan dukungan kepada startup-startup Appcelerate mulai dari infrastruktur dan mentoring. Ia berharap melalui program Appcelerate, startup yang terpilih dapat memberikan kontribusi dalam kemajuan ecosystem digital dengan inovasi yang diberikan serta bersama-sama membangun Indonesia berkembang ke arah yang lebih baik. hay E-6